Pic from Pinterest |
Hidup adalah proses berkembang
yang dilakukan di setiap detik, menit, jam hingga hari bergulir. Proses yang
harus dijalani dengan terpaksa maupun hati lapang. Sering kali ketika terhimpit
sebuah permasalahan, selalu berfikir, kenapa hidup harus tidak adil ? kenapa
harus dilahirkan ke dunia jika sengsara hanya badan sendiri yang menanggung ?
Seperti sebuah jalan yang
memiliki simpang, begitu juga jalan hidup. Banyak sekali simpang jalan yang
membuat kita harus memilih, manakah jalan yang paling tepat ? manakah jalan
yang memiliki resiko tertinggi ? pahit manis kehidupan seperti campuran aneka
bumbu dalam masakan. Jika hanya diisi garam, maka hidup terlalu asin, perlu
penyeimbang gula dan asam agar seimbang. Pun dengan kebahagiaan. Jika kita
memilih untuk bahagia terus, maka kita akan kehilangan rasa empati. Jika kita memilih
kesedihan terus menerus, yang timbul hanyalah pesimis dan putus harapan akan
hidup.
Melewati quarter life krisis tentu bukan hal yang mudah. Keadaaan di mana
kita belum punya kestabilan hidup, namun harus berani mengambil tindakan dengan
resiko apapun. Banyak keterbatasan yang menghalangi, ekonomi, kesempatan, kemauan
dan juga pengetahuan. keterbatasan tersebut yang memiliki pengaruh besar
terhadap posisi kita saat ini.
Melewati usia 28 tahun, apa yang saya pelajari ?
1. Semakin bersyukur
Setelah melewati perjalanan
panjang selama bertahun-tahun, saya sangat bersyukur. Badai kehidupan yang ada
di hadapan saya, mampu saya hadapi dan selesai. Sepahit apapun kehidupan yang
terlewati, jauh lebih banyak kenikmatan yang bisa disyukuri. Tuhan berfirman
denegan penuh kepastian, “Setiap ada kesusahan, selalu bersamaan dengan
kemudahan”, Tuhan juga berfiman, “Barang siapa yang bersyukur, maka akan
dilipatgandakan kenikmatannya”
2. Mengurangi Untuk Membandingkan Diri
Setiap orang yang terlahir ke
dunia ini sudah membawa nasibnya sendiri. Porsi rejeki, porsi kebahagiaan,
jodoh, kesuksesan, gagal, bahkan kematian. Ibarat kata, ketika Tuhan
melimpahkan 100% takdir setiap manusia, hanya saja penyebarannya yang tidak
sama. Ada yang dilebihkan dalam harta, namun diberi kekurangan berupa sakit
atau kekurangan lainnya. Ada yang kekurangan harta, namun dilebihkan rasa
bahagia dalam kesederhanaan. Begitu juga dengan kesuksesan, ada yang mencapai
kesuksesan di usia muda, namun ada juga yang diberi kesuksesan setelah tua.
3. Mandiri Financial
Sekolah menengah Atas seperti
menjadi penanda bahwa di usia tersebut, sudah seharusnya kita keluar dari
penjagaan financial oleh orangtua. Di usia tersebut, sudah seharusnya kita
belajar untuk mencari uang sendiri dengan bekerja. Menggali potensi diri untuk
terus dikembangkan. Saat sudah mencapai kemandirian financial, kita bisa turut
serta membantu ekonomi keluarga.
4. Asmara Tidak melulu Pacaran Atau Pernikahan
Umumnya, di usia tertentu, setiap
manusia mengalami fase-fase untuk jatuh cinta. Jatuh cinta pada lawan jenis. Melakukan
pendekatan dan pacaran. Setelah proses pengenalan dan merasa siap untuk
memasuki jenjang pernikahan, maka prosesi pernikahan dilaksanakan. Tak jarang
juga proses pernikahan harus berhenti di tengah jalan dan berakhir pada sebuah
perceraian. Lalu, bagaimana jika tidak melalui semua hal tentang hubungan lain
jenis? Asmara tidak melulu soal pacaran dan pernikahan, adakalanya memiliki
asmara pada diri sendiri jauh lebih penting. Mencintai diri sendiri, self love
adalah hal yang sangat penting untuk bisa merasai hidup yang utuh.
5. Bijak Menilai Hidup
Seiring perjalanan waktu dan
kedewasaan berfikir, kita akan menemui titik ‘pasrah’ dan menerima. Pasrah,
dalam artian menerima segala hal yang hadir dengan kesadaran jiwa. Menerima perbedaan
cara berfikir, menerima karakter orang lain yang berbeda, menerima setiap
kebahagiaan dan kesusahan yang hadir dan sebagainya. Jiwa kita ada dan hidup
untuk menemani perjalanan raga sampai batas waktu yang telah Tuhan tentukan,
sehingga kita bisa merasai bagaimana hidup yang sebenarnya.
Weh, Des....
BalasHapusIki tulisanmu wis koyo tulisan-tulisan di hipwe. Apik!
yaeeee.....dikomenin kak Naz...
Hapus