Langsung ke konten utama

Kulamar Kau dengan Tahu Bacem

Bus masih ngetem di pertelon, sebuah pertigaan yang mempertemukan jalur dari Semarang, Pekalongan dan Temanggung. Ngetemnya bisa lama karena aku adalah penumpang pertama yang menaiki Bus reot dengan beberapa lubang di bawah telapak sepatuku. Aku bisa melihat warna hitam aspal di bawah kakiku sendiri. Bus masih harus menunggu penumpang yang baru akan tiba dari arah barat dan timur, dari Pekalongan dan Semarang. Sementara itu, langit sudah menjingga. Gelap siap datang mengganti. Kondektur berteriak-teriak sambil memegang sebatang rokok di sela-sela jarinya.

“Terakhir-terakhir!” teriaknya lantang, memberi tahu kepada penumpang yang masih di jalan agar segera bergegas menaiki Bus. setelah ini sudah tidak akan ada Bus lagi menuju Sukorejo. Transportasi selanjutnya digantikan dengan Vannete kecil. Ongkosnya tentu lebih mahal dan jam nunggunya juga lama. Pernah suatu kali aku dari semarang dan turun di weleri saat adzan magrib. Tidak ada angkutan umum lagi, Vannete sekalipun. Akhirnya kami mencegat taksi dengan harga Rp 150.000, ongkos yang sangat mahal berbanding naik Bus yang cukup dengan membayar Rp 15.000.

Seorang nenek-nenek dengan pakaian kebaya yang menampakkan pusarnya masuk ke dalam Bus dengan dibantu oleh kondektur untuk mengangkut barang bawaannya berupa cepon, yakni bakul anyaman yang terbuat dari bambu.

Wes resik, Mbah?” Kondektur bertanya basa-basi sambil melihat ke arah cepon yang baru saja diangkatnya. Yang terlihat hanya sebuah karung goni dan plastik hitam. Nenek tadi membuka bungkusan plastic,

Tinggal tahu bacem, Le. Arep po?”  tawar Nenek memperlihatkan tiga biji tahu bacem berwarna kecoklatan dan mengkilat basah. Kondektur tadi mengambil satu biji, “Arep, Nok?”, ia menawariku karena yang berada dalam bus ini baru Aku, Nenek dan seorang Kondektur. Tole dan sinok adalah panggilan khas di daerah ini.  Aku mengambilnya. Aku juga lapar. Sejak keberangkatanku dari Demak tadi pagi, perutku hanya kuisi dengan  Arem-arem dan tahu sumedang yang aku beli di pedagang asongan saat singgah di terminal Lirboyo.



Siapa yang mampu memasukkan beberapa suap nasi ketika hati sedang penuh amarah. Ditawari Pizza sekalipun tidak akan mampu meluluhkan kemarahan.
Dia selingkuh!

Asal mula permasalahan yang sedang kami berdua hadapi sehingga aku berada di sini saat ini.

 Siapa yang bisa menjamin pernikahan yang sudah kami lalui hampir sepuluh tahun tidak bisa terserang penyakit rumah tangga. Salah satunya adalah perselingkuhan.

Satu gigitan Tahu Bacem berhasil masuk ke dalam mulutku. Rasa manis dan gurih langsung menyatu di lidah. Aku padu dengan satu gigitan cabe warna hijau. Rasa pedas, manis dan gurih kini bertempur di lidahku, saling berebut tempat di indra perasa. Seperti rasa sesak, jengkel, marah dan sakit hati yang saling berjejal di kantung hatiku.

Selain masalah perselingkuhan, soal dapur juga sering menjadi penyakit. Perempuan-perempuan yang sudah dinikahi oleh suaminya harus bisa masuk dapur. bisa menyalakan kompor. bisa membedakan antara kuali dan periuk. Bisa membedakan cara mengiris maupun mencincang. Bisa membedakan ketumbar maupun merica.  Dan segala hal-hal remeh yang seharusnya sudah dihafal di luar kepala oleh perempuan yang sudah menikah.

 Tidak semua perempuan dinikahi oleh lelaki karena sama-sama saling mencintai. Bisa jadi ia dijodohkan dan belum mengenal satu sama lain. Katanya, untuk bisa membuat laki-laki yang belum bisa mencintaimu,kamu harus bisa membuat jatuh cinta perutnya. Kenyangkan perutnya dengan makanan hasil tanganmu. Cinta akan tumbuh dari mulut lalu turun ke perut.

Masalahnya, aku tidak bisa memasak.

Tahu bacem adalah makanan favoritku, apalagi jika yang memasak adalah Ibuku. katanya, pada zaman dulu, makanan sekelas Tahu Bacem adalah makanan kelas Tuan Tanah. Kami sering memanggilnya Pak Dhe, Pak Penggedhe yaitu orang-orang yang memiliki tanah yang banyak, juragan kaya raya ataupun mereka yang menjadi Pamong Desa dan mendapatkan tanah bengkok, alias tanah hasil kerja mereka sebagai aparat desa.

Masyarakat kecil seperti keluarga Ibuku lebih banyak makan makanan hasil kebun seperti daun Ubi kayu, Ubi Talas dan nangka muda. Jarang sekali bisa makan tahu apalagi Ayam. Saat musim panen, baru bisa makan-makanan enak meski nasinya masih makan nasi Jagung, bukan beras seperti saat ini. 
Saat masih kecil, Aku sering diajak ke pasar Candiroto oleh Ibu. Sebuah pasar tradisional yang sangat jarang kami kunjungi  jika bukan pada saat musim lebaran. Di sana ada penjual tahu dan Tempe yang sangat legendaris, namanya Tahu Dini. Nama itu diambil dari nama penjualnya sendiri. Jika ke pasar  belum membeli Tempe dan Tahu Dini masih terasa kurang. Ukurannya sangat besar dan panjang, sebesar lengan manusia. Tekstur kedelainya juga lain dari tempe yang lain.

“Aku tahu, tidak perlu lagi kamu tutup-tutupi, Mas!”, Aku tunjukkan deretan pesan dalam aplikasi messenger ketika Dia terus meyakinkanku kalau Dia tidak sedang selingkuh. Dia diam. Duduk menyandarkan punggungnya di kursi sofa. Gerakan tangannya saling memilin. Setelah melihat bukti yang sangat nyata dari handphone yang aku tunjukkan, dia sudah tidak punya alasan lagi untuk membela diri.

Kilasan percakapan bersama suamiku terus berputar di otakku, meski rasa manis Tahu Bacem membuatku sedikit lupa. Aroma ketumbar dan kemiri masih bisa kuhidu di setiap gigitan yang masuk ke dalam rongga mulutku. Aku sangat menyukainya.

Makanan ini yang dibekalkan oleh Ibu ketika aku akan berpindah ke Demak, mengikuti suamiku. Siang hari, sepulang Ibu dari pasar, Ia mengajakku ke dapur. Kali pertama aku membantu Ibu. Ia Menggelar barang belanjaannya. Tiga ekor ikan tongkol, cabe rawit, kelapa, beraneka macam bumbu dapur, tahu dan tempe. Ia menghulurkan cobek ke arahku serta ulekan.

“Rumah tangga itu harus diramu dengan beraneka bumbu”, kata Ibu sambil meletakkan beberapa butir bawang merah, bawang putih, kemiri dan ketumbar di atas cobek. “Jika isinya bawang saja, nanti jadi sayur bening, kalau mau makan masih perlu lauk lain”

Sambil menggerus sedikit demi sedikit butiran ketumbar dan kemiri, Ibu terus menasehatiku, “Cinta saja tidak cukup, Nak. Setelah dua-tiga tahun, mungkin cinta itu bisa hilang dan berganti rasa untuk sekedar saling bertanggung jawab”

“Ketika masakan terasa hambar, bukan berarti kalian bisa tinggalkan. Kalian akan dikarunia anak.-anak. Mereka itulah pengikat tanggung jawab kalian. Tidak bisa seenaknya saja main buang karena rasanya yang kurang enak”

Lalu, bagaimana jika Dia selingkuh, Mak?

Tubuh manusia seperti layaknya makhluk hidup lain, dibekali dengan begitu banyak instrument dan system rumit yang pada akhirnya hanya memiliki satu tujuan yaitu berkembang biak sehingga spesies kita dapat terus bertahan. Ini hanyalah persoalan survival. Kita tidak diciptakan untuk mencari kebahagiaan cinta sejati abadi, tapi untuk meneruskan keturunan. Cinta dan semua rasa yang timbul sebagai langkah awal menuju ke proses reproduksi tadi, hanya urusan biologis. Pancingan awal yang melancarkan jalan kita menuju kehamilan dan kelahiran manusia baru.

Cinta hanyalah perasaan yang muncul dari reaksi kimia beberapa hormon di dalam tubuh. Rasa ketertarikan pada pasangan diatur oleh kelenjar. Jika ketika kita tertarik pada seseorang, bisa dipastikan bahwa yang sedang bekerja bukan hanya perasaan dan fikiran, tapi juga hormon tertentu yang bisa memberikan rasa nyaman.

Pada intinya, sungguhlah benar apa yang selama ini dikatakan orang. Hubungan antara dua manusia membutuhkan suatu reaksi kimia. Karenanya kita bisa dengan mudah menolak seseorang dengan alasan tidak adanya chemistry. Dan sebaliknya, kita bisa dengan mudah pula tertarik setengah mati dengan seseorang  karena stimulus darinya bisa memancing rasa menyenangkan hasil reaksi hormone di tubuh kita.

Sialnya, melingkarkan cincin di jari manis tidak akan menghentikan proses ini. jadi walaupun sudah punya komitmen dengan seseorang yang dipilih, kalau ada orang lain yang bisa bikin ledakan hormon yang lebih dahsyat, kita mau tidak mau pasti akan tertarik. Hal ii terjadi begitu saja, lagi-lagi, sebagai cara membuat kita bisa memiliki keturunan sebanyak-banyaknya.
Penjelasan yang terlalu saintifik di atas tentu akan disambut suka cita bagi dan riang gembira oleh mereka yang sedang berusaha untuk mencari pembenaran dari perselingkuhan yang sedang dilakukan. Kalau sampai tertangkap basah oleh pasangan, salahkan saja kinerja hormone kita. Salahkan saja gen yang mengatur kelenjar-kelenjar kita. Salahkan saja orangtua yang menurunkan gen itu pada kita. Salahkan saja semua wujud biologis kita yang memungkinkan semua hal itu bisa terjadi.

Sialnya, tidak ada satu orangpun yang mampu membunuh kinerja hormone dalam tubuh manusia kecuali si pemilik tubuh itu sendiri. Dan aku sudah putus asa jika harus menjadi penonton mereka. Satu-satunya jalan hanyalah bergerak maju ke depan, mengambil peran antagonis untuk menyelamatkan rumah tanggaku. Menciptakan pagar agar milikku tidak dikuasai oleh orang lain dan memberikan kenyamanan yang lebih dari apa yang pernah aku beri selama ini. Salah satunya dimulai dari dapur.


Aku bukan penganut pernikahan di mana ketika sudah tidak menemui kecocokan lalu berpisah. Seperti impian setiap orang, cukup sekali saja menjalani pernikahan. Bersama orang yang kita cintai dan ia juga mencintai kita lalu bahagia sampai mati. Seorang perempuan enggan jika harus memulai lagi dengan lelaki baru, mulai berkenalan, merasakan jatuh cinta lalu menikah lagi. Lebih baik bertahan dengan seseorang yang sudah ada bersama kita tanpa harus repot-repot mengenali pribadi baru. 

Komentar

  1. Penuh petuah yang wajib dibaca oleh semua orang. Fiksi yang satu ini punya diksi menggoda otak dan mengajaknya menari bersama. Terimakasih untuk karya seindah ini, Kak. 🤗

    BalasHapus
  2. Terimakasih, Kak Tuteh yang begitu rajin mengunjungi blog saya...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seni Tertawa Bersama Raminten Kabaret

Kabaret Show mungkin sebuah pertunjukan baru di Indonesia, apalagi di Yogyakarta. Jika dulu di   tanah Jawa terkenal dengan pertunjukan tradisional seperti Ketoprak, Ludruk, Srimulat, Wayang, Tayuban, Tembang Dolanan, Ebeg, Laisan, Lengger Calun dan lainnya, kini ditampikan seni pertunjukan baru yang mengundang gelak tawa. Dalam sejarahnya, kabaret mulai muncul pada tahun 1965, sementara pada tahun 1912 kabaret diartikan sebagai representasi dari restaurant atau night club . Raminten Kabaret  Konten dari pertunjukan Kabaret berbeda-beda. Contohnya, Belanda dan Jerman memasukkan konten dengan muatan politic satire. Di Amerika Serikat memasukkan konten Stand up Comedy , sementara Perancis yang memiliki sejarah tertua cabaret, biasanya melakukan penampilan dengan jumlah penari yang besar. Di Yogyakarta sendiri, Kabaret Show menampilkan seni menyanyi lip-sync yang diperankan oleh Cross Dresser. lagu-lagu yang ditampilkan berbagai macam, ada dangdut, pop Indonesia bahkan lag

Kuda Kepang, Warisan Budaya Jawa di Selangor

Kuda Kepang atau lebih dikenali dengan sebutan Kuda Lumping di Indonesia juga ada di Selangor. Selain di Selangor, terdapat juga tarian kuda kepang di Johor Bharu. meski berasal dari nenek moyang yang sama, yaitu berasal dari Jawa, namun baik kuda kepang di Johor Bharu maupun kuda kepang di Selangor memiliki perbedaan. Perbedaan yang paling ketara adalah dari ritual-ritual sebelum pelaksanaan tarian Kuda Kepang. kuda-kuda Kepang Menurut sejarah, tarian kuda kepang merupakan tarian untuk memperingati musim panen padi. saat munsim panen, orang-orang berkumpul untuk melakukan tarian ini. Tarian ini menggunakan miniatur kuda yang terbuat dari anyaman bambu dan dicat dengan warna-warna tertentu. Biasanya dimainkan oleh 12 penari. Bisa juga lebih. Adapun musik pengiringnya adalah Gendang, Gong, Bonang, Saron dan pecut. Beberapa hari yang lalu, saya mendapat kesempatan untuk bisa menyaksikan persembahan tarian kuda kepang di Kampung Haji Dorani, Parit Panjang, Selangor. Wa

Pantai Gesing, Pesona Laut dengan Ombak Menakjubkan

Pantai selatan sememangnya menawarkan keindahan alam yang sangat memesonakan. Deretan pantai dengan debur ombak tinggi, karang laut yang menjulang besar-besar serta perbukitan yang seolah menjadi batas antara pantai dan daratan kota Yogyakarta. Memilih percutian ke daerah Yogyakarta, tidak lengkap jika tidak mengunjungi beberapa deretan pantai selatan daerah Gunung Kidul. Mulai dari yang terkenal, yaitu pantai Parangtritis, Pantai Depok, pantai Timang,   hingga pantai-pantai yang masih baru bagi wisatawan seperti pantai Teras kaca, pantai gesing, pantai Ngobaran dan masih banyak lagi. Salah satu pantai yang pernah saya kunjungi adalah pantai Gesing. Pantai yang terletak di Girikerto, Panggang, Gunung Kidul tersebut menawarkan keindahan pantai yang bisa dilihat dari ketinggian karang, serta lekukan teluk kecil tempat perahu nelayan diparkir. Sekelilingnya adalah hutan hijau yang membentuk tebing-tebing tinggi dan berbatu. Pantai ini satu arah dengan pantai Teras Kac