On a Journey |
Sudah hampir dua
tahun yang lalu saya mendengar nama penulis Desi Puspitasari. Saat itu Beliau
sedang siaran bersama Radio Buruh Migran di Yogyakarta, tapi saya tidak
mendengarkan. Masih bekerja di Malaysia saat itu. Tadi pagi, saya menemukan
bukunya teronggok di atas tumpukan buku-buku hibah yang ada di gudang. Saat
saya sedang membersihakan ruangan, saya baca sekilas. Sepertinya menarik, novel
perjalanan. Mendengar namanya juga sudah tidak terlalu asing. Maka, sambil
nunggu mesin cuci beroperasi dan nunggu air yang alirannya seperti sapu
lidi(kecil banget), saya pun memutuskan mencuci baju sambil baca buku. Lumayan,
buat mengurangi rasa kesal.
Perempuan
kelahiran Madiun ini menjadi deretan favorit novelis versi saya. Sejak membuka
halaman pertama, saya sudah tersihir. Apalagi novel yang sedang saya baca
hampir sama seperti yang saya alami. Patah hati karena cinta ditolak dan sebuah
kisah Minggat, hidup menggelandang
untuk menemukan makna dari minggat itu sendiri.
Namanya Rubi
Tuesday, seorang penulis berusia 24 tahun dan tidak tahu cara menghadapi rasa
patah hati hingga memutuskan untuk minggat dari hiruk pikuk kota, menghindari
Stine-sahabat sekaligus orang yang ia cintai-tapi Stine tidak. Setiap bertemu
dengan orang baru, namanya selalu diingatkan dengan group band Rolling Stones.
Kisah perjalanannya juga selalu diingatkan tentang kisah Ernesto Che Guevara, kisah seorang dokter yang mengembara
menggunakan motor rombeng. Bedanya, Rubi melakukan perjalanan mengendarai sepeda
rombeng.
Ia seorang
penulis yang tidak memiliki banyak teman. Lebih banyak menghabiskan waktu di
dalam rumah, menulis sepuluh halaman setiap hari. Membaca buku. Berkeliaran
saat malam hari untuk mencari kopi atau kudapan manis. Duduk menunggu Stine
pulang kerja di café langganannya dan minum sambil diskusi. Teman paling dekat yang bisa ia ajak
berargumentasi hanyalah Stine.
Minggat dengan
hanya memiliki satu tujuan, yaitu Kota Diavabre. Ia hanya tahu nama kota itu
dari peta yang ia lihat dengan cara memicingkan mata karena tidak tertulis
dengan huruf besar. Ia pun bergegas, menyusun baju seadanya, buku jurnal, pisau
lipat, pakaian dalam, sarung dan matras. Bukankah minggat bermakna melakukan
perjalanan tanpa tujuan. Begitu yang ia lakukan.
Mengawali perjalanan
dengan naik bus. di tengah perjalanan ia ditipu. Tidak tahu arah. Bertanya
kepada orang-orang yang ditemui di jalan. katanya lurus, perempatan belok
kanan, lalu belok kiri. Tapi ketika diikuti, ternyata ia semakin jauh dari kota
tujuan. Sudah terlanjur berjalan jauh, ada keinginan untuk pulang. Menghampiri
lagi Stine lalu berteman seperti biasanya. Tapi tidak mungkin. Akhirnya ia
memutuskan melanjutkan perjalanan. Bekal semakin tipis. Ia tidak bisa jika
harus tidur terus menerus di motel. Ia pun tidur di bangunan-bangunan yang
dirasanya aman.
Perjalanan
selalu mengajarkan banyak hal. Bertemu dengan orang-orang baru dengan cerita
yang baru, seperti perjumpaannya bersama Dave. Tertawa bersama Pak Oto dan Pak
Sam, di balik wajah baik dan tawa dua orang tua itu tersimpan kisah-kisah
pahit. Maka, ketika tahu alasan minggat dari seorang Rubi adalah patah hati, ia
hanya ditertawakan oleh pak Sam.
“Bahwa hidup
seseorang tidak lebih dari bertemu dan berpisah”kata Pak Sam
“kita bertemu di
perempatan untuk bilang hai dan bye” kata Dave
Ia mengalami
semua hal manis dan pahit itu dalam perjalanan kurang lebih dua bulan. Ditipu.
Sepeda hilang. Berantem sama pencuri sepeda. Menolong orang lahiran. Mendengar
curhatan nenek-nenek hingga bekerja sebagai tukang cuci piring. Namun, semua
itu telah melatih pribadi Rubi yang tidak punya banyak teman menjadi pribadi
yang pemberani.
Ia patah hati,
menangis selayaknya perempuan dewasa yang jatuh cinta dan terluka. Ia mengurung
diri di kamar beberapa hari, namun ia lebih memilih melanjutkan hidup dengan
keluar dari zona nyamannya. Bermaksud menghindari orang yang dicintainya, namun
justru ia menemui banyak cinta di perjalanan. Lalu, apakah ia jatuh cinta
bersama orang yang ditemuinya selama di perjalanan? Ataukah ia pulang dan
kembali mengulang kasih bersama Stine?
Baca aja!
Komentar
Posting Komentar